Mengenal Sifat 'Riya' dalam Islam

Dalam menjalankan perbuatan baik atau amal, niat yang tulus dan ikhlas menjadi kunci utama. Namun, ada sifat yang perlu diwaspadai yaitu "riya". Riya merujuk pada keinginan seseorang untuk mendapatkan pujian, pengakuan, atau sanjungan dari orang lain saat akan mengawali perbuatan atau amal. Dalam artikel ini, kita akan membahas sifat riya secara unik dan menarik, serta memahami pentingnya menghindarinya dalam beramal agar tetap memperoleh keberkahan dari Allah SWT.

1. Mengenali Sifat Riya 

Riya merujuk pada sifat ingin mendapatkan pujian atau sanjungan dari orang lain dalam menjalankan perbuatan atau amal. Seseorang yang terpengaruh oleh riya akan memperhatikan bagaimana orang lain akan menilai dan memuji perbuatannya, daripada fokus pada tujuan sejati dari amal tersebut, yaitu mendapatkan keridhaan Allah SWT. Sifat riya bertentangan dengan prinsip ikhlas, yang menuntut keikhlasan niat semata-mata untuk Allah.

2. Dampak Negatif dari Riya 

a. Hilangnya Kehadiran Allah: Riya dapat menyebabkan hilangnya kehadiran Allah dalam hati dan pikiran seseorang. Karena perhatiannya tertuju pada sanjungan dari orang lain, individu yang terpengaruh oleh riya mungkin kehilangan fokus pada hubungan spiritual mereka dengan Allah, yang seharusnya menjadi motivasi utama dalam beramal.

b. Mengurangi Keberkahan: Amal yang dilakukan dengan niat riya tidak akan mendapatkan keberkahan penuh dari Allah. Hal ini dikarenakan perbuatan tersebut tidak murni karena mencari pujian dari manusia, bukan keridhaan-Nya. Keberkahan sejati terletak pada ikhlas dan tulus dalam menjalankan amal untuk Allah semata.

c. Hati yang Terpecah: Sifat riya dapat menyebabkan perpecahan dalam hati seseorang. Mereka merasa terombang-ambing antara keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain dan keinginan untuk memperoleh keridhaan Allah. Perpecahan ini dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional dan kecemasan.

3. Menjaga Niat yang Tulus

a. Kesadaran dan Refleksi Diri: Penting bagi setiap individu untuk terus-menerus mengintrospeksi dan memeriksa niat mereka saat akan melakukan perbuatan atau amal. Merefleksikan tujuan sejati dari amal tersebut, yaitu mendapatkan keridhaan Allah, akan membantu menghindari jebakan riya.

b. Berpegang pada Niat yang Tulus: Fokuslah pada niat yang tulus dalam beramal. Ingatlah bahwa setiap perbuatan dan amal yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah adalah yang paling berharga. Jaga niat tersebut agar tetap konsisten dan tidak terpengaruh oleh keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

c. Beramal dengan Kerahasiaan: Salah satu cara efektif untuk menghindari riya adalah dengan beramal secara rahasia. Melakukan amal tanpa perlu memamerkannya kepada orang lain akan membantu menjaga niat yang tulus dan menghindarkan diri dari riya. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui segala amal perbuatan kita, bahkan yang tersembunyi.

d. Membangun Kesadaran Spiritual: Menguatkan kesadaran spiritual akan membantu melawan sifat riya. Perkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, dzikir, dan refleksi diri. Dengan memperdalam pemahaman tentang tujuan sejati dari amal, yaitu mencari keridhaan-Nya, kita akan lebih mampu menghindari godaan riya.

4. Menumbuhkan Sifat Ikhlas 

a. Tundukkan Ego: Kesadaran akan kehadiran ego dalam diri merupakan langkah awal untuk mengatasi riya. Tundukkan ego yang ingin diakui dan dipuji, dan ingatkan diri sendiri bahwa Allah-lah yang berhak atas semua pujian dan sanjungan.

b. Rujuk pada Al-Quran dan Sunnah: Al-Quran dan ajaran Nabi Muhammad SAW memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya ikhlas dalam beramal. Baca, pelajari, dan rujuklah pada petunjuk yang diberikan dalam Al-Quran dan Hadis untuk menguatkan komitmen kita dalam menjalankan amal dengan niat yang tulus.

c. Bersikap rendah hati: Kembangkan sikap rendah hati dan kesadaran akan keterbatasan diri sendiri. Mengakui bahwa segala kemampuan yang kita miliki berasal dari Allah akan membantu mengurangi keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

Sifat riya, yaitu keinginan untuk mendapatkan pujian atau sanjungan dari orang lain saat akan mengawali perbuatan atau amal, dapat mengganggu niat yang tulus dan mengurangi keberkahan dalam amal perbuatan kita. Untuk membangun niat yang tulus, kita perlu menjaga kesadaran diri, beramal dengan kerahasiaan, memperkuat hubungan spiritual dengan Allah, dan menumbuhkan sifat ikhlas. Dengan menghindari riya, kita dapat menjalankan amal dengan tulus hanya untuk mencari keridhaan Allah, yang merupakan tujuan sejati dari setiap perbuatan baik yang kita lakukan.